
Satu Visi, Satu Arah: Bersinergi Wujudkan Swasembada Pangan 2025
SAMPAGA– Dalam rangka mempercepat capaian Luas Tambah Tanam (LTT) padi di Sulawesi Barat, Balai Penerapan Modernisasi Pertanian (BRMP) Sulawesi Barat menggelar rapat evaluasi capaian realisasi LTT di Kecamatan Sampaga bersama Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan (DTPHP) Kabupaten Mamuju. Kegiatan ini dilaksanakan di Aula Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Sampaga, dihadiri Koordinator BPP serta seluruh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) se-Kecamatan Sampaga.
Rapat ini bertujuan untuk mengevaluasi capaian realisasi tanam, mengidentifikasi berbagai permasalahan teknis di lapangan, serta merumuskan strategi percepatan tanam guna memastikan target Luas Tambah Tanam (LTT) tahun 2025 dapat tercapai secara optimal. BRMP Sulbar meyakini bahwa keberhasilan program swasembada pangan sangat bergantung pada peran aktif penyuluh pertanian sebagai ujung tombak di lapangan. Penyuluh berperan sebagai agen perubahan yang mendorong peningkatan sikap, perilaku, dan keterampilan petani dalam melaksanakan kegiatan percepatan LTT. Selain itu, mereka memiliki pemahaman mendalam terhadap kondisi wilayah binaannya masing-masing, termasuk potensi dan tantangan yang ada.
Berdasarkan data tahun 2023, Luas Baku Sawah (LBS) di Kecamatan Sampaga tercatat sebesar 1.522,58 hektare. Target tanam tahun 2025 ditetapkan sebesar 3.439 hektare (data DTPHP Prov, Bidang Pangan). Dari jumlah tersebut, target tanam untuk periode Januari hingga April 2025 sebesar 1.010 hektare. Namun hingga 22 April 2025, realisasi tanam baru mencapai 388 hektare atau sekitar 33,47%, sehingga masih terdapat kekurangan sebesar 622 hektare yang harus segera dikejar. Secara keseluruhan, sisa target tanam tahunan yang belum terealisasi mencapai 3.051 hektare, yang menuntut kerja keras dan sinergi lintas sektor agar dapat dicapai sesuai waktu yang telah ditetapkan.
Hasil diskusi dalam forum evaluasi mengungkapkan beberapa kendala utama yang menyebabkan lambatnya realisasi tanam, antara lain: dominasi penggunaan varietas padi berumur panjang (sekitar 120 hari), puncak panen yang baru terjadi pada Maret–April 2025, keterbatasan alat dan mesin pertanian (alsintan) untuk melaksanakan pengolahan lahan, serta minimnya ketersediaan air karena seluruh lahan sawah di Sampaga bergantung pada curah hujan. Selain itu, budaya lokal berupa rembuk tanam serentak setelah panen raya juga memengaruhi keterlambatan jadwal tanam.
Sebagai tindak lanjut, telah disusun strategi percepatan LTT Kecamatan Sampaga agar sisa target dapat dikejar. Koordinator BPP Kecamatan Sampaga, Demma Limbo, menyampaikan optimisme bahwa kekurangan capaian tanam dapat terealisasi pada bulan Mei 2025. Ia juga meyakini bahwa target tahunan dapat tercapai paling lambat pada bulan September 2025 sebagai bentuk kontribusi nyata terhadap program swasembada pangan nasional.
Dalam forum tersebut, salah satu Penyuluh Pertanian Lapangan, Darman, juga menyampaikan harapan agar serapan gabah petani oleh Perum Bulog di wilayah Sampaga dapat ditingkatkan. Menurutnya, hal ini dapat menjadi dorongan positif bagi petani untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan percepatan tanam, karena jaminan pasar turut berperan penting dalam menumbuhkan kepercayaan dan motivasi petani.
Marwayanti Nas, selaku Penanggung Jawab LTT Kabupaten Mamuju, menegaskan komitmennya untuk terus hadir mendampingi petani dan penyuluh dalam pelaksanaan pengawalan langsung di lapangan. Ia menyampaikan bahwa percepatan realisasi LTT tidak dapat dicapai tanpa keterlibatan aktif para penyuluh sebagai ujung tombak pembangunan pertanian, serta kolaborasi erat antara pemerintah daerah, pusat, dan seluruh pemangku kepentingan. Dengan semangat kebersamaan dan kerja nyata, BRMP Sulawesi Barat optimis bahwa Kabupaten Mamuju akan menjadi salah satu daerah penopang dalam mendukung pencapaian target nasional di sektor pangan, khususnya menuju terwujudnya swasembada pangan tahun 2025.